PARASIT
ENDOPARASIT
Penyakit
infeksi endoparasit adalah salah satu penyakit yang paling umum dijumpai di
ikan laut liar terutama yang bersifat karnivor dan omnivora. Salah satu cacing
endoparasit adalah dari golongan Nematoda, cacing ini menginfeksi usus, lambung
dan daging ikan (Rohde, 1984 dalam Sarijito 2005). Masuknya cacing ini ketubuh
ikan adalah melalui makanan seperti udang, siput, ikan-ikan kecil yang semuanya
merupakan inang perantara dalam siklus hidup cacing ini (Post, 1987 dalam Sarjito, 2005). Oleh sebab itu,
ikan yang bersifat karnivora dan omnivora mempunyai kemungkinan terinfeksi
cacing Nematoda yang jauh lebih besar dibanding ikan herbivora. Cacing Nematoda
yang sering menginfeksi ikan kakap putih, ikan kakap merah, ikan cakalang, ikan
tongkol dan ikan kembung adalah Anisakis
spp.
Parasit Anisakis
sp pada ikan
Masalah yang sering muncul yang dapat berakibat pada ikan hingga
pada manusia yaitu ikan terjangkit parasit Anisakis sp., sehingga bila
dikonsumsi tanpa dimasak terlebih dahulu atau dalam keadaan setengah masak akan
mengakibatkan penyakit anisakiasis. Anshari (2011) menyatakan Anisakis
sp., adalah cacing nematoda umum, larva nematoda menginfeksi banyak spesies
ikan. Parasit ini memiliki siklus hidup yang rumit, yang memiliki inang
perantara yang terdiri dari beberapa jenis ikan sebelum akhirnya sampai ke
inang target. Inang terakhirnya adalah mamalia laut seperti lumba-lumba dan
paus, dimana cacing dewasa menyebabkan inflamasi serius pada dinding perut.
Ukuran larva Anisakis sp., berkisar 10-50 mm, berwarna putih dan
biasanya berbentuk lingkaran atau melingkar dalam kista dalam otot ikan (Gambar
1).
Gambar 1. Larva Anisakis yang
terdapat pada otot Ikan cakalang (K. pelamis)
Anisakiasis menginfeksi
manusia melalui makanan ikan laut mentah atau setengah matang, dan penggunaan
ikan rucah sebagai makanan dalam budidaya dapat memfasilitasi transfer parasit
pada spesies ikan air tawar (Baladin, 2007).
Anisakis adalah genus dari parasit
nematoda, yang memiliki siklus hidup yang melibatkan ikan dan mamalia laut.
Larva parasit infektif bagi manusia dan menyebabkan Anisakiasis, dan ikan yang
telah terinfeksi dengan Anisakis sp.,dapat menghasilkan anafilaksis
reaksi pada orang yang telah menjadi peka terhadap Immunoglobulin E (IgE). Siklus
infeksi Anisakis sp dari ikan
kemanusia dapat dilihat pada Gambar 2.
Gambar
2. Siklus hidup Anisakis sp (Risa, 2010)
Sistematika
dan Morfologi Anisakis sp
Risa (2010) mengklasifikasikan parasit Anisakis sp.,
sebagai berikut:
Kingdom : Animalia
Phylum : Nematoda
Klass : Secernentea
Ordo : Ascaridida
Genus : Anisakis
A. pegreffii
A. physeteris
A. schupakovi
A. simplex
A. typica
A. ziphidarum
Berdasarkan morfologi Anisakis sp., dikelmpokkan menjadi Anisakis
Type I dan Anisakis Type II. Perbedaan didasarkan pada ukuran
ventrikulus dan keberadaan mukron pada ujung posterior. Anisakis Type I
memiliki ventrikulus yang lebih panjang dan terdapat mukron pada ujung
posterior. Sedangkan Anisakis Type II ventrikulus lebih pendek dan tidak
memiliki mukron (Berland 1961 dalam Anshari 2011). Morfologi Anisakis sp dapat dilihat pada gambar 3.
Gambar 3. Morphology of A.
simplex(s.s.) from chum salmon in this study. a Cephalic region; b Digestive
tract; c Caudal region.lt larval tooth, ep excretory pore,ed excretory duct, lb
labia, eesophagus, vc ventriculus, int intestinum, a anus, g rectal gland, m
mucron (Setyobudi, dkk. 2010).
Anisakis sp., berbagi fitur-fitur umum dari semua
nematoda; yang berbentuk tubuh seperti ulat, bundar dan bersegmen. Dengan
rongga sempit seperti pseudocoel. Mulut terletak pada anterior, dengan anus terletak
posterior (Gambar 4 dan Gambar 5). Epitel skuamosa mengeluarkan cairan kutikula
yang berlapis yang melindungi tubuh dari cairan pencernaan. Seperti semua parasit
dengan siklus hidup kompleks yang melibatkan sejumlah inang, rincian morfologi
bervariasi tergantung pada inang dan tahap siklus hidup parasit yang masuk pada
saat menginfeksi ikan. Panjang parasit ini pada saat dewasa kira-kira 2 cm.
Ketika di inang target, Anisakids lebih panjang, lebih tebal dan lebih kokoh,
untuk beradaptasi dengan lingkungan berbahaya dari
usus mamalia (zainul, 2013).
|
|
|
Gambar 4: Bagian Anterior,Verticula dan
Posterior dari Anisakis sp Dewasa (Zainul, 2013)
Siklus
Hidup Larva Paraasit Anisakidae
Anisakis sp., memiliki siklus hidup yang kompleks
melewati beberapa inang melalui perjalanan hidupnya. Telur menetas dalam air
laut dan larva yang dimakan oleh krustasea, biasanya Euphausids. Krustasea
terinfeksi kemudian dimakan oleh ikan atau cumi-cumi. Nematoda masuk ke dalam
dinding usus dan encysts dalam mantel pelindung, biasanya di bagian luar
visceral organ, tetapi kadang-kadang di otot atau di bawah kulit. Siklus hidup
selesai ketika ikan terinfeksi dimakan oleh mamalia laut, seperti ikan paus,
anjing laut, atau lumbalumba (Anonim, 2010). 10
Anisakidae memiliki siklus hidup yang kompleks. Anisakis sp.,
dewasa ditemukan didalam perut mamalia laut, dimana mereka melekat dalam mucosa
secara berkelompok. Produksi telur parasit dewasa dilepaskan keluar melalui fases
mamalia. Perkembangan telur secara embryonasi terjadi di dalam air, dan larva
L1 dibentuk dalam perut. Larva mengalami molting, menjadi L2 yang berenang
bebas di badan air setelah mereka lepas dari telur. Larva tersebut termakan
oleh krustacea. Larva yang termakan akan berkembang menjadi L3 yang menginfeksi
ikan dan cumi-cumi. Setelah inang mati, larva migrasi ke jaringan otot, dan
melalui predator larva berpindah dari ikan ke ikan. Ketika ikan atau cumi-cumi
yang terkandung larva L3 Anisakis termakan oleh mamalia laut, larva akan
mengalami molting kedua dan berkembang menjadi cacing dewasa (Parker and
Parker, 2002) Telur parasit yang dikeluarkan bersamaan dengan tinja hospes akan
menetas di air. Larva stadium kedua yang keluar dari telur akan ditelan oleh hospes
pertama lalu berkembang menjadi larva stadium ketiga awal. Hospes perantara
pertamanya adalah udang Thysanoesaa dan Euphausia. Bila hospes pertama
ini dimakan oleh hospes perantara kedua, didalam tubuhnya berkembang menjadi
larva stadia ketiga lanjutan. Hospes perantara kedua dan hospes parateniknya
berupa ikan laut, cumi-cumi dari berbagai jenis, dan membentuk rantai penularan
satu dengan yang lainnya sedemikian kompleksnya (Audicana et al, 2002).
Siklus hidup larva Anisakis spp., dapat dilihat pada Gambar 5.
Laporan menyebutkan bahwa angka infeksi pada lumba-lumba biasa mencapai
70% dan jumlah cacing pada seekor lumba-lumba biasa mencapai 1.200 ekor cacing.
Survai yang dilakukan oleh Beron-Vera et al (2001) pada 11 lumba-lumba Commerson (Cephalorhynchus commersonii) di
perairan Atlantik Selatan menunjukkan bahwa nematoda dari spesies Anisakis memiliki
prevalensi yang tinggi (100% di Patogonia bagian tengah dan 87% di Tiera del
Fuego). Dengan demikian, nematoda zoonotik seperti Anisakis spp.,
memiliki potensi untuk dijadikan indikator perairan, atau kondisi kesehatan
satwa liar yang ada di perairan tersebut.
Gambar 5. Siklus hidup Anisakis
sp (sumber: CaliVita | Parasites Copyrights 2011
diakses pada tanggal 23
Agustus 2010)
Parasit yang masuk ke tubuh manusia adalah larva L3 yang masuk bersamaan
daging ikan yang dimakan. Dalam tubuh manusia, larva akan hidup dan pada
umumnya tetap sebagai larva stadia ketiga, namun kadang-kadang juga berkembang
hingga larva stadia keempat atau larva yang sedang berganti kulit. Dalam hal
ini manusia berperan sebagai hospes perateknik. Kebanyakan larva berada di sub
mucosa namun bisa juga mencapai organ-organ di rongga abdomen.
Berdasarkan
data, menurut Mattiucci and Nascetti (2006), yang termasuk dalam Anisakis spp.,
1 terdiri atas lima spesies (Anisakis simplex sensu strico, A. simplex
C, A. typical, A. ziphidorum) dan yang termasuk dalam golongan Anisakis spp.,
2 yang secara morfologi diketahui sebagai Type II (sensu Berland,1960)
terdiri atas tiga spesies (A. physeteris, A. brevispiculata, dan A.
paggiae). Ringkasan aspek ekologi dari masing-masing spesies, termasuk
kecondongan inang dan aspek geografis, disajikan sebagai berikut:
Anisakis simplex kompleks
Tiga
spesies yang sejauh ini termasuk didalam A. simplex complex adalah A.
simplex s.s., A. pegreffii, A. simplex C. Inang akhirnya adalah cetaceans
dan intermediate/paratenic host adalah ikan atau cumi-cumi. A. simplex s.s.
Spesies ini tersebar di antara 35 º Lintang Utara dan Artic Polar Circle, terdapat
dibagian barat dan bagian timur samudra Pacific, A. simplex s.s., sejauh
ini telah dilaporkan Sembilan inang cetacean. Empat spesies cumicumi dan 26
spesies ikan sejauh ini ditemukan sebagai inang larva.
Ø A. pegreffii
Dahulunya
dianggap sebagai A. Simplex, A. pegreffii merupakan spesies dari genus Anisakis
yang dominan di laut Mediterania yang menyebar dan menginfeksi ikan-ikan
pelagis dan demersal. Jenis ini juga menyebar di daerah Australia antara 35º
Utara dan 55º Selatan. Saat ini, telah tercatat bahwa parasit dewasa terdapat
dalam tiga spesies dari lumba-lumba sebagai inang definitif dalam 28 spesies
ikan dan dua jenis cumi-cumi.
Ø A. simplex C.
Saat
ini, spesies ini ditemukan menginfeksi ikan-ikan yang tersebar di daerah
Pasific Canada, Chile, perairanNew Zeland dan pantai Atlantic Afrika Utara.
Sejauh ini, parasit A. simplex C diidentifikasi dari tiga jenis mamalia laut.
Ø
A.
typica
Berdasarkan
data studi genetik A. typical, jenis ini tersebar dari 30º Lintang Selatan
sampai 35º Lintang Utara pada daerah temperatur hangat dan 14 perairan
tropis. Pada daerah ini, fase dewasa ditemukan pada enam spesies lumba-lumba
dan untuk fase larva ditemukan di 10 spesies ikan.
Ø
ziphidarum
Spesies
ini dideteksi pada paru ikan paus, Mesoplanda layardii dan Ziphius cavirostris
dari laut Atlantic Selatan (pantai Afrika Selatan). Selain itu juga ditemukan
menginfeksi ikan paus M. mirus, dan M. grayi diperairan Atlantik
Selatan dan dalam Mesoplodon sp., dan Ziphius carvirostris dari
Perairan Caribean. Kisaran geografis luas dan berhubungan dengan inang
definitif dari parasit ini.
Ø Anisakis sp.
Anisakis sp.,
telah dideteksi hanya pada larva (L4) di ikan paus Mesoplodon mirus dan M.
grayi dari Afrika Selatan dan perairan New Zeland. Jenis ini dianggap
memiliki hubungan yang sangat dekat dengan A. Ziphidarum dibanding
dengan spesies lain secara genetis. Walaupun pembuktian hanya pada fase
dewasa, L3 dari spesies ini sejauh ini tergolong Type I, dan jarang
diidentifikasi
dalam beberapa spesies ikan diperairan Atlantik
Ø
physeteris
Defektif
inang utama dari spesies ini adalah ikan paus, Physeter macrocephalus tidak
ditemukan terinfeksi dilaporkan di cetacean yang lain. Larva type II
dari A. pyseter secara genetic teridentifikasi hanya sedikit spesies
inang dan jarang terjadi selama studi Aniakis sp.
Ø
paggiae
Spesies
ini ditemukan sebagai parasit, saat dewasa di ikan paus, Kagia breviceps dan
K. sima dari pantai Florida dan Atlantik Afrika Selatan. Berdasarkan
hasil penelitian yang dilakukan terhadap ikan di Pasific stock (the Pasific
coast of Japan) dan the Tsushima Warm Current stock (the East China Sea and the
Sea of Japan), ditemukan larva parasit Anisakis type I berturut-turut A.
simplex sensu stricto and A. pegreffii. Sebagai tambahan, untuk pertama
kali di Jepang, Anisakis simplex C and Anisakis ziphidarum dideteksi
dalam ikan dari the Pasific Stock. Rata-rata jumlah larva A. pegreffii dan
A. simplex sensu strict per ikan adalah 47 dan 6 (Suzuki et al,
2010).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar