Pages

Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 12 November 2014

Anisakis sp



PARASIT ENDOPARASIT


Penyakit infeksi endoparasit adalah salah satu penyakit yang paling umum dijumpai di ikan laut liar terutama yang bersifat karnivor dan omnivora. Salah satu cacing endoparasit adalah dari golongan Nematoda, cacing ini menginfeksi usus, lambung dan daging ikan (Rohde, 1984 dalam Sarijito 2005). Masuknya cacing ini ketubuh ikan adalah melalui makanan seperti udang, siput, ikan-ikan kecil yang semuanya merupakan inang perantara dalam siklus hidup cacing ini (Post,  1987 dalam Sarjito, 2005). Oleh sebab itu, ikan yang bersifat karnivora dan omnivora mempunyai kemungkinan terinfeksi cacing Nematoda yang jauh lebih besar dibanding ikan herbivora. Cacing Nematoda yang sering menginfeksi ikan kakap putih, ikan kakap merah, ikan cakalang, ikan tongkol dan ikan kembung adalah Anisakis spp.

Parasit Anisakis sp pada ikan

Masalah yang sering muncul yang dapat berakibat pada ikan hingga pada manusia yaitu ikan terjangkit parasit Anisakis sp., sehingga bila dikonsumsi tanpa dimasak terlebih dahulu atau dalam keadaan setengah masak akan mengakibatkan penyakit anisakiasis. Anshari (2011) menyatakan Anisakis sp., adalah cacing nematoda umum, larva nematoda menginfeksi banyak spesies ikan. Parasit ini memiliki siklus hidup yang rumit, yang memiliki inang perantara yang terdiri dari beberapa jenis ikan sebelum akhirnya sampai ke inang target. Inang terakhirnya adalah mamalia laut seperti lumba-lumba dan paus, dimana cacing dewasa menyebabkan inflamasi serius pada dinding perut. Ukuran larva Anisakis sp., berkisar 10-50 mm, berwarna putih dan biasanya berbentuk lingkaran atau melingkar dalam kista dalam otot ikan (Gambar 1).
Gambar 1. Larva Anisakis yang terdapat pada otot Ikan cakalang (K. pelamis)
 Anisakiasis menginfeksi manusia melalui makanan ikan laut mentah atau setengah matang, dan penggunaan ikan rucah sebagai makanan dalam budidaya dapat memfasilitasi transfer parasit pada spesies ikan air tawar (Baladin, 2007). Anisakis adalah genus dari parasit nematoda, yang memiliki siklus hidup yang melibatkan ikan dan mamalia laut. Larva parasit infektif bagi manusia dan menyebabkan Anisakiasis, dan ikan yang telah terinfeksi dengan Anisakis sp.,dapat menghasilkan anafilaksis reaksi pada orang yang telah menjadi peka terhadap Immunoglobulin E (IgE). Siklus infeksi Anisakis sp dari ikan kemanusia dapat dilihat pada Gambar 2.
 
Gambar 2. Siklus hidup Anisakis sp (Risa, 2010)

Sistematika dan Morfologi Anisakis sp

Risa (2010) mengklasifikasikan parasit Anisakis sp., sebagai berikut:
Kingdom          : Animalia
Phylum            : Nematoda
Klass               : Secernentea
Ordo                : Ascaridida
Genus             : Anisakis
A. pegreffii
A. physeteris
A. schupakovi
A. simplex
A. typica
A. ziphidarum

Berdasarkan morfologi Anisakis sp., dikelmpokkan menjadi Anisakis Type I dan Anisakis Type II. Perbedaan didasarkan pada ukuran ventrikulus dan keberadaan mukron pada ujung posterior. Anisakis Type I memiliki ventrikulus yang lebih panjang dan terdapat mukron pada ujung posterior. Sedangkan Anisakis Type II ventrikulus lebih pendek dan tidak memiliki mukron (Berland 1961 dalam Anshari 2011). Morfologi  Anisakis sp dapat dilihat pada gambar 3.


Gambar 3. Morphology of A. simplex(s.s.) from chum salmon in this study. a Cephalic region; b Digestive tract; c Caudal region.lt larval tooth, ep excretory pore,ed excretory duct, lb labia, eesophagus, vc ventriculus, int intestinum, a anus, g rectal gland, m mucron (Setyobudi, dkk. 2010).

Anisakis sp., berbagi fitur-fitur umum dari semua nematoda; yang berbentuk tubuh seperti ulat, bundar dan bersegmen. Dengan rongga sempit seperti pseudocoel. Mulut terletak pada anterior, dengan anus terletak posterior (Gambar 4 dan Gambar 5). Epitel skuamosa mengeluarkan cairan kutikula yang berlapis yang melindungi tubuh dari cairan pencernaan. Seperti semua parasit dengan siklus hidup kompleks yang melibatkan sejumlah inang, rincian morfologi bervariasi tergantung pada inang dan tahap siklus hidup parasit yang masuk pada saat menginfeksi ikan. Panjang parasit ini pada saat dewasa kira-kira 2 cm. Ketika di inang target, Anisakids lebih panjang, lebih tebal dan lebih kokoh, untuk beradaptasi dengan lingkungan berbahaya dari
usus mamalia (zainul, 2013).
C. Bagian posterior
 
B. Bagian verticula
 
A. Bagian anterior
 


Gambar 4: Bagian Anterior,Verticula dan Posterior dari Anisakis sp Dewasa (Zainul, 2013)



Siklus Hidup Larva Paraasit Anisakidae

Anisakis sp., memiliki siklus hidup yang kompleks melewati beberapa inang melalui perjalanan hidupnya. Telur menetas dalam air laut dan larva yang dimakan oleh krustasea, biasanya Euphausids. Krustasea terinfeksi kemudian dimakan oleh ikan atau cumi-cumi. Nematoda masuk ke dalam dinding usus dan encysts dalam mantel pelindung, biasanya di bagian luar visceral organ, tetapi kadang-kadang di otot atau di bawah kulit. Siklus hidup selesai ketika ikan terinfeksi dimakan oleh mamalia laut, seperti ikan paus, anjing laut, atau lumbalumba (Anonim, 2010). 10
Anisakidae memiliki siklus hidup yang kompleks. Anisakis sp., dewasa ditemukan didalam perut mamalia laut, dimana mereka melekat dalam mucosa secara berkelompok. Produksi telur parasit dewasa dilepaskan keluar melalui fases mamalia. Perkembangan telur secara embryonasi terjadi di dalam air, dan larva L1 dibentuk dalam perut. Larva mengalami molting, menjadi L2 yang berenang bebas di badan air setelah mereka lepas dari telur. Larva tersebut termakan oleh krustacea. Larva yang termakan akan berkembang menjadi L3 yang menginfeksi ikan dan cumi-cumi. Setelah inang mati, larva migrasi ke jaringan otot, dan melalui predator larva berpindah dari ikan ke ikan. Ketika ikan atau cumi-cumi yang terkandung larva L3 Anisakis termakan oleh mamalia laut, larva akan mengalami molting kedua dan berkembang menjadi cacing dewasa (Parker and Parker, 2002) Telur parasit yang dikeluarkan bersamaan dengan tinja hospes akan menetas di air. Larva stadium kedua yang keluar dari telur akan ditelan oleh hospes pertama lalu berkembang menjadi larva stadium ketiga awal. Hospes perantara pertamanya adalah udang Thysanoesaa dan Euphausia. Bila hospes pertama ini dimakan oleh hospes perantara kedua, didalam tubuhnya berkembang menjadi larva stadia ketiga lanjutan. Hospes perantara kedua dan hospes parateniknya berupa ikan laut, cumi-cumi dari berbagai jenis, dan membentuk rantai penularan satu dengan yang lainnya sedemikian kompleksnya (Audicana et al, 2002). Siklus hidup larva Anisakis spp., dapat dilihat pada Gambar 5.

Laporan menyebutkan bahwa angka infeksi pada lumba-lumba biasa mencapai 70% dan jumlah cacing pada seekor lumba-lumba biasa mencapai 1.200 ekor cacing. Survai yang dilakukan oleh Beron-Vera et al (2001) pada 11 lumba-lumba Commerson (Cephalorhynchus commersonii) di perairan Atlantik Selatan menunjukkan bahwa nematoda dari spesies Anisakis memiliki prevalensi yang tinggi (100% di Patogonia bagian tengah dan 87% di Tiera del Fuego). Dengan demikian, nematoda zoonotik seperti Anisakis spp., memiliki potensi untuk dijadikan indikator perairan, atau kondisi kesehatan satwa liar yang ada di perairan tersebut.

Gambar 5. Siklus hidup Anisakis sp (sumber: CaliVita | Parasites Copyrights 2011
diakses pada tanggal 23 Agustus 2010)

Parasit yang masuk ke tubuh manusia adalah larva L3 yang masuk bersamaan daging ikan yang dimakan. Dalam tubuh manusia, larva akan hidup dan pada umumnya tetap sebagai larva stadia ketiga, namun kadang-kadang juga berkembang hingga larva stadia keempat atau larva yang sedang berganti kulit. Dalam hal ini manusia berperan sebagai hospes perateknik. Kebanyakan larva berada di sub mucosa namun bisa juga mencapai organ-organ di rongga abdomen.
Berdasarkan data, menurut Mattiucci and Nascetti (2006), yang termasuk dalam Anisakis spp., 1 terdiri atas lima spesies (Anisakis simplex sensu strico, A. simplex C, A. typical, A. ziphidorum) dan yang termasuk dalam golongan Anisakis spp., 2 yang secara morfologi diketahui sebagai Type II (sensu Berland,1960) terdiri atas tiga spesies (A. physeteris, A. brevispiculata, dan A. paggiae). Ringkasan aspek ekologi dari masing-masing spesies, termasuk kecondongan inang dan aspek geografis, disajikan sebagai berikut:

Anisakis simplex kompleks

Tiga spesies yang sejauh ini termasuk didalam A. simplex complex adalah A. simplex s.s., A. pegreffii, A. simplex C. Inang akhirnya adalah cetaceans dan intermediate/paratenic host adalah ikan atau cumi-cumi. A. simplex s.s. Spesies ini tersebar di antara 35 º Lintang Utara dan Artic Polar Circle, terdapat dibagian barat dan bagian timur samudra Pacific, A. simplex s.s., sejauh ini telah dilaporkan Sembilan inang cetacean. Empat spesies cumicumi dan 26 spesies ikan sejauh ini ditemukan sebagai inang larva.
Ø  A. pegreffii
Dahulunya dianggap sebagai A. Simplex, A. pegreffii merupakan spesies dari genus Anisakis yang dominan di laut Mediterania yang menyebar dan menginfeksi ikan-ikan pelagis dan demersal. Jenis ini juga menyebar di daerah Australia antara 35º Utara dan 55º Selatan. Saat ini, telah tercatat bahwa parasit dewasa terdapat dalam tiga spesies dari lumba-lumba sebagai inang definitif dalam 28 spesies ikan dan dua jenis cumi-cumi.
Ø  A. simplex C.
Saat ini, spesies ini ditemukan menginfeksi ikan-ikan yang tersebar di daerah Pasific Canada, Chile, perairanNew Zeland dan pantai Atlantic Afrika Utara. Sejauh ini, parasit A. simplex C diidentifikasi dari tiga jenis mamalia laut.
Ø  A. typica
Berdasarkan data studi genetik A. typical, jenis ini tersebar dari 30º Lintang Selatan sampai 35º Lintang Utara pada daerah temperatur hangat dan 14 perairan tropis. Pada daerah ini, fase dewasa ditemukan pada enam spesies lumba-lumba dan untuk fase larva ditemukan di 10 spesies ikan.
Ø  ziphidarum
Spesies ini dideteksi pada paru ikan paus, Mesoplanda layardii dan Ziphius cavirostris dari laut Atlantic Selatan (pantai Afrika Selatan). Selain itu juga ditemukan menginfeksi ikan paus M. mirus, dan M. grayi diperairan Atlantik Selatan dan dalam Mesoplodon sp., dan Ziphius carvirostris dari Perairan Caribean. Kisaran geografis luas dan berhubungan dengan inang definitif dari parasit ini.
Ø  Anisakis sp.
Anisakis sp., telah dideteksi hanya pada larva (L4) di ikan paus Mesoplodon mirus dan M. grayi dari Afrika Selatan dan perairan New Zeland. Jenis ini dianggap memiliki hubungan yang sangat dekat dengan A. Ziphidarum dibanding dengan spesies lain secara genetis. Walaupun pembuktian hanya pada fase dewasa, L3 dari spesies ini sejauh ini tergolong Type I, dan jarang
diidentifikasi dalam beberapa spesies ikan diperairan Atlantik
Ø  physeteris
Defektif inang utama dari spesies ini adalah ikan paus, Physeter macrocephalus tidak ditemukan terinfeksi dilaporkan di cetacean yang lain. Larva type II dari A. pyseter secara genetic teridentifikasi hanya sedikit spesies inang dan jarang terjadi selama studi Aniakis sp.
Ø  paggiae
Spesies ini ditemukan sebagai parasit, saat dewasa di ikan paus, Kagia breviceps dan K. sima dari pantai Florida dan Atlantik Afrika Selatan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan terhadap ikan di Pasific stock (the Pasific coast of Japan) dan the Tsushima Warm Current stock (the East China Sea and the Sea of Japan), ditemukan larva parasit Anisakis type I berturut-turut A. simplex sensu stricto and A. pegreffii. Sebagai tambahan, untuk pertama kali di Jepang, Anisakis simplex C and Anisakis ziphidarum dideteksi dalam ikan dari the Pasific Stock. Rata-rata jumlah larva A. pegreffii dan A. simplex sensu strict per ikan adalah 47 dan 6 (Suzuki et al, 2010).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Blogger news

Blogroll

About